Beberapa Hal yang Wajib Kamu Pertimbangkan Sebelum Memutuskan Menikah

Menikah yaitu suatu keputusan yang sangat tricky, mirip dikala kau akan menentukan sesuatu dan menggunakannya. Kamu akan menyaksikan dulu bahan, alat, dan bagaimana prosesnya apakah itu mudah atau cocok dikerjakan. Karena pada dasarnya suatu opsi cuma masing-masing dari pribadi yang mengetahuinya. Dan kadang-kadang opsi yang berdasarkan kita baik, belum pasti kedepannya juga sama. Tetapi tidak ada salahnya sesorang untuk menjajal yang terbaik dalam menentukan dan sebelum memutuskannya. Sebab saat sebuah perjuangan sudah dijalankan maksimal, doa mengalir tanpa hentinya, dan hati telah siap menerima akibatnya maka apapun yang terjadi tidak akan pernah sia-sia.


Melapangkan dan memantapkan hati bukanlah hal yang mudah, namun ketika sesuatu yang dijalankan memang bertujuan baik dan untuk kebaikan. Maka tidak ada satupun penyesalan dikala memilihnya. percayalah pada dirimu sendiri karena kau yang paling tahu apa yang terbaik untuk dirimu. Namun, jangan lupakan kuasa dari Sang Pencipta dan libatkanlah senantiasa dalam perjalananmu. Niscaya yang kau lakukan akan senantiasa di jalan yang benar.


Berdasarkan sebuah penelitian ada beberapa pertimbangan yang dimiliki baik pihak pria maupun perempuan. Dimana wanita sungguh menimbang-nimbang faktor kesiapan emosional karena perempuan umumnya memiliki kemampuan membaca sinyal emosi lisan dan nonverbal yang lebih baik dari pada laki-laki, dan lebih mahir dalam mengungkap-kan perasaannya, karenanya secara rata-rata perempuan lebih gampang berempati dari pada laki-laki (Goleman 1997). Sedangkan laki-laki lebih ke arah finansial sebab odratnya adalah kepala rumah tangga yang memimpin, menafkahi, dan mengayomi keluarganya.


Selain dari hasil penelitian, berikut adalah hal-hal penting yang perlu kalian pikirkan sebelum menikah. Tentunya hal ini kembali ke masing-masing langsung, tapi lazimnya orang-orang akan mempertimbangkan hal ini. Maka dari itu, kita pribadi saja masuk ke poin-poinnya.




Table of Contents




1. Mental dan Psikologis Kedua Pihak


Hal ini sangat penting dan adil bagi kedua belah pihak, karena pernikahan memiliki arti menetapkan untuk hidup bersama dan berkomit sampai ajal nanti. Selama menjalani kala pengenalan dan lain sebagainya pastilah akan tampakbagaimana seseorang serius menghadapi ruang lingkup akad nikah. Bagaimana mereka akan memprediksi dan mengatasi duduk perkara yang umunya datang di dunia ijab kabul. Pernikahan tidak cuma bertujuan untuk berpasangan seumur hidup, namun juga mempunyai keturunan dan memburu cita-cita bak negeri cerita atau biasa dikenal happy ending.


Mental dan psikologis memang tidak gampang untuk diukur dan dilihat, hingga kapanpun mental seseorang akan terus diuji pada aneka macam rintangan. Namun, mampu kamu fikirkan hingga jangka waktu yang juga kamu bisa prediksi. Misalkan saja, menikah dan diawal pernikahan masih ingin berpacaran atau mengikuti keadaan satu sama lain. Maka kau komit untuk berafiliasi sehat tanpa berplanning untuk mempunyai keturunan. Tandanya mentalmu siap menghadapi apa yang akan orang lain bicarakan tentang pernikahanmu dan bagaimana menahan nafsu terhadap keinginan bercintamu. Hal ini sangatlah konkret dan mudah untuk diukur serta dimengerti.


2. Hubungan Keluarga


Banyak yang bilang bahwa menikah juga berarti menyatukan dua keluarga besar yang bisa saja latar belakangnya berlainan. Apapun sukunya bahkan perbedaan negara dilarang menghalangimu akan tujuan menikahmu itu. Pendekatan kepada kedua keluarga mesti dilaksanakan agar kau tahu seberapa persen pertahananmu terhadap perilaku keluarga pasanganmu. Sudah banyak orang menunjukan betapa cara ini sangat efektif, alasannya adalah bahkan ada yang menyerah sebelum mengibarkan bendera perang akibat sudah menilai keluarga itu dari luarnya. Maka sungguh penting untuk menyadari perbedaan kalian apakah mengarah ke kebaikan atau keburukan yang justru mengekang.


Tidakkah kalian kesal jika keluarga kecilmu nanti dikontrol oleh keluarga pasanganmu? Mereka tidak bisa memercayaimy seutuhnya, bahkan kau tidak bebas untuk berekspresi alasannya hukum mereka berlawanan dengan sifatmu. Memang hal itu dapat diubah, tetapi apakah kamu senang?


3. Sifat Atau Perlakuan Pasangan-Mu


Sifat sungguh mudah dinilai jika kalian sebelumnya sudah ada di tahap berpacaran. Namun, untuk kau yang cuma ditahap ta’aruf maka masih dapat mempertimbangkannya setelah keluarga atau sobat menceritakan sifat dan kisah pasanganmu, loh. Maka poin ketiga ini wajib hukumnya dilaksanakan, sebab tidak ada salahnya kau bersifat objektif bahkan terhadap calonmu kelak. Karena ada beberapa sifat yang memang tidak mampu diubah dan lazimnya disebut budbahasa. Sedangkan banyak pula sifat yang tidak mampu dipaksakan untuk disatukan.


Mudahnya jika kalian memang tidak bisa mendapatkan sifat yang bekerjasama dengan kalian kelak. Hal ini dapat dijalankan dengan melihatnya memperlakukan dirimu, apakah orang yang gampang emosian atau malah dapat menahan emosinya, dari tanggung jawab terhadap kewajibannya, kejujurannya, kesetiaannya, tidak melewati batas, dan lain sebagainya. Sedangkan bila kau bukan orang yang peka, maka lihatlah jikalau beliau sedang memperlakukan orang lain. Apabila dia telah berbuat diluar dari norma maka mesti kau tinggalkan, namun jikalau tidak cocok dengan sifatmu maka diskusikan. Agar hal itu tidak menjadi kesalahpahaman yang berkepanjangan.


4. Keyakinan dan Kepercayaan Pasanganmu


Keyakinan dan iktikad lazimnya diketahui sebagai apakah dia seiman atau seagama denganmu? Karena hal itu akan terus menempel sampai tamat hayatnya kecuali dia sungguh-sungguh berpindah sesuai kehendaknya. Misalkan kamu mempunyai iman yang telah turun-temurun dan pasanganmu hanya berganti karenamu maka pikirkan. Bisa saja dia meninggalkanmu beserta keyakinannya sekaligus kalau dirimu tersesat. Karena pada dasarnya kamulah yang paling mengetahui doktrin itu, bagaimana caranya pasanganmu menolongmu bila ia sendiri lebih kurang dari diri kau. Dia tidak akan berani mengambil resiko, alasannya akidah sangatlah dipertanyakan tanggung jawabnya. Maka dari itu, seleksilah pasangan yang memang sebelum berjumpa denganmu sudah memantapkan hati pada akidah yang dianutmu.


5. Kesiapan Finansial


Inilah permasalahan yang sering dihadapi pasangan, apalagi kalau kau lekat dengan budaya Indonesia yang sangat mementingkan kemakmuran hidup. Mau dikasih makan apa nanti anak dan cucu aku jika kamu tidak kerja? Pertanyaan ini sering sekali diajukan oleh orang tua kepada calon menantunya yang tidak bekerja. Walaupun ada orang yang berpendapat, jika menikah maka segala sesuatu mampu diusahakan alasannya adalah dalam kondisi mendasak. tetapi, dalam kenyataannya uang dibutuhkan dalam hal sekecil apapun. Kamu tinggal, minum, makan, dan lainnya memerlukan duit untuk membayar. Jadi, tidak ada salahnya menimbang-nimbang ini kalau kamu orang yang tidak siap dari sisi emosional. Karena bila kau kekurangan sesuatu dan sudah biasa merengek atau gampang frustasi, maka akan mengganggu korelasi bahkan kejiwaan. Seseorang mampu saja berbuat nekat untuk memnuhi segala cara. Kaprikornus, percayalah pada dirimu dan sebagaimana kamu dapat menertibkan di posisi terendah sekalipun.


6. Komunikasi Pasanganmu


Cobalah untuk bersifat terbuka pada pasanganmu, tidak ada duduk perkara yang dapat tertuntaskan cuma berdiam dan saling memandang. Komitkan bahasa dan bagaimana caramu berbicara semoga tidak terjadi salah paham, semua kesalahpahaman terbentuk dari ketidakjelasanmu dalam menjelaskan. Tidak jarang hal ini akan menghancurkan sebuah relasi dan memutuskan tali hubungan sekalipun. Lalu jikalau sudah terpisah begitu bagaimana kamu akan menikah? Tentu saja tidak bisa, sebab pasanganmu sudah pergi dan kemungkinan besar tidak kembali lagi. Maka, buatlah kesepakatan untuk berkomunikasi diantaramu.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel